CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Monday, December 3, 2012

subur kembali

Syukur tidak terhingga kepada Allah, siapakah yang menghidupkan bumi ini? siapakah yang menghidupkan yang sudah mati?... pastinya ada kuasa yang merancang dan mentadbir alam ini, kita sebagai khalifah pasti tahu jalan dan seluk beluk kehidupan kita... tapi adakah kita berpuas hati?... adakah dengan berpuas hati sebelum bertindak akan menjadikan diri kita berpuas hati...?... pastinya semua itu menjadi tanda tanya untuk diri kita... lama.... hampir satu tahun... tidak menulis... tidak menjengah... tidak update... usang sungguh blog ini... sebuk sangat nampak nya... tp sebuk itu adalah untuk orang yang malas.... ungkapan ramai org telah menyatakan begitu.. maka untuk elak dari sifat malas ini... abud akan cuba menghidupkan kembali blog yang telah lama usang ini untuk abud berkongsi cerita suka duka dan tips-tips2 yang boleh digunakan untuk semua orang... pasti banyak perkara yang abud boleh kongsikan... satu persatu abud akan kupas.... malas adalah mainan harian kita... abud tolong jangan malas lagi... jangan buat kerja setengah jalan... seperti batok di tepi tangga... ha... kali ini abud akan kongsikan ilmu kepada semua kawan-kawan, "umpama melepaskan batok ditepi tangga".. apa maknanya ye kawan2?... sudah sepertinya sudah tahu. tidak payah diterangkan lagi, maknanya membuat kerja separuh jalan... tapi kenapa perlu batuk.. uhuk2.. camtu... bukan begitu kawan-kawan, batok itu adalah sejenis alat yang digunakan oleh orang pada zaman dahulu diperbuat daripada tempurung kelapa dan diikat bersama kayu yang panjang seperti gayung digunakan untuk membasuh kaki sebelum naik ke atas rumah... (orang dahulu rumahnya tinggi), maka batok selalunya diletakkan di dalam tempayan yang berisi air hujan. bila kite letak di tepi tangga, maknanya kita buat kerja separuh jalan tidak letak balik ketempat asal... begitu lah kita arakiannya yang patik tahu.. wallahuallam...

Monday, January 24, 2011

Pemindahan Kiblat dan Reaksi Orang-Orang Bodoh

* Sekitar pemindahan Ka'bah (Al-Baqarah : 142-152)

Allah Swt berfirman, “Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata, ‘Apakah yang memalingkan mereka (ummat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?’ Katakanlah, ‘Kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus’.” (Al-Baqarah [2]:142)
Huruf sin pada firman Allah SWT sayaqûlu untuk masa akan datang, dan mengandung dua makna:

Pertama: penguatan kejadiannya.
Kedua: kedekatan kejadiannya.

(as-sufahâ`u) jamak dari kata safîh (bodoh), iaitu orang yang perbuatan dan perkataannya berbeza dengan orang waras, begitu pula pada akidahnya; sesuai dengan firman Allah, “Dan ada yang benci kepada agama Ibrahim, kecuali orang yang memperbodoh dirinya sendiri.” (Al-Baqarah [2]: 130)

[mâ wallahum ‘an qiblatihumul-latî kânû ‘alaihâ] yakni segala sesuatu yang memalingkan mereka, dan kiblat yang dahulu mereka tuju adalah Baitul Maqdis. Ketika Nabi SAW datang ke Madinah, beliau solat menghadap Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan, kemudian Allah SWT memerintahkannya untuk memalingkan kiblat ke arah Masjidil Haram atau Ka’bah. Allah SWT membalas sanggahan orang-orang bodoh tersebut dengan firman-Nya [qul lillâhi al-masyriqu wa al-maghrib], yakni Dia-lah Pemilik Timur dan Barat. Dia dapat mengatur kekuasaan-Nya itu sesuai dengan hikmah yang tersimpan di balik kehendak-Nya.

[yahdi man yasyâ`u ilâ shirâthim mustaqîm] di antara orang yang mendapat petunjuk jalan-Nya yang lurus adalah umat ini, yaitu dengan menuntun mereka kepada kiblat yang sesungguhnya (Ka’bah). Oleh karena itu, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Sungguh Ka’bah itu dahulu merupakan kiblat para nabi, dan penyimpangan kiblat menuju Baitul Maqdis adalah perlakuan para pengikut nabi tersebut.”
Dengan ini, maka jalan lurus tanpa penyimpangan yang dimaksudkan di sini adalah solat dengan menghadap ke Ka’bah.

Hukum dan Hikmah Ayat:

1- Ilmu Allah SWT meliputi sesuatu yang akan terjadi, sesuai dengan firman-Nya [sayaqûlus sufahâ`u]. Telah diketahui bahwa Allah Maha mengetahui atas segala sesuatu dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, yang besar maupun kecil. Ilmu-Nya azali, tidak didahului dengan kebodohan; abadi, tidak disertai dengan kelupaan.

2- Hanya orang bodoh-lah yang menentang syariat Allah. Hal itu karena orang bodoh tidak mengetahui hikmah, atau mengetahuinya tapi mengikuti jalan selainnya. Orang yang tidak mengetahui sesuatu tentu tidak akan mengikutinya, oleh karena itu mereka pasti akan menentang apa yang Allah SWT lakukan, bahkan menentang perintah Allah SWT untuk menghadap ke Ka’bah.

3- Sebelum diperintahkan menghadap ke Ka’bah, dahulu Nabi SAW menghadap ke Baitul Maqdis. Dikatakan, karena ia ingin mengikuti Ahli Kitab sebelum tiba perintah pembedaan. Hal ini jelas terlihat ketika pertama kali beliau tiba di Madinah. Beliau senang mengikuti syariat yang mereka lakukan, tapi setelah tiba perintah pembedaan beliau membedakan syariat dengan mereka.

4- Kekuasaan Allah SWT meliputi segala sesuatu. [qul lillâhi al-masyriqu wa al-maghrib], yakni hanya Dia-lah Raja atau Pemilik segala sesuatu. Dia berhak mengatur segala sesuatu sesuai dengan hikmah yang terkandung di balik kehendak-Nya.

5- Petunjuk itu di tangan Allah. Dia-lah Penuntun siapa pun ke jalan yang lurus. Petunjuk itu hanyalah didapat dari Allah, dan ini tentunya bertentangan dengan sifat sombong atau bangga dengan pekerjaan.

Apabila seseorang bertanya, “Apakah petunjuk Allah SWT kepada manusia itu hanya sesuai dengan kehendak-Nya semata, ataukah didasari dengan hikmah?”

Jawabnya adalah: petunjuk Allah SWT itu disertai dengan hikmah. Segala sesuatu yang Allah putuskan itu pasti disertai dengan hikmah, baik keputusan itu merupakan hukum syariat ataukah hukum alam. Dalilnya adalah firman Allah, “Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?” (At-Tîn [95]: 8), dan firman-Nya, “Barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Al-Insân [76]: 29-30). Allah SWT menjelaskan bahwa kehendak-Nya itu sesuai dengan ilmu dan hikmah-Nya.

Petunjuk Allah SWT itu ada dua macam:

Petunjuk dilalah: petunjuk ini umum untuk semua orang; kafir dan mukmin; jahat dan baik.
Petunjuk taufiq: petunjuk ini khusus untuk orang yang Allah SWT kehendaki kepada kebenaran.

Allah SWT berfirman, “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.” (Asy-Syûrâ [42]: 52), ini adalah petunjuk taufiq. Allah SWT berfirman, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Asy-Syûrâ [42]: 52), ini adalah petunjuk umum atau petunjuk pengarahan.
Contoh yang pertama, yaitu yang umum untuk semua orang, adalah firman Allah, “Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (Al-Insân [76]: 3), yakni manusia. Firman Allah, “Dan adapun kaum Tsamud maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu,” (Fushshilat [41]: 17), yakni Kami telah menunjuki mereka kepada jalan yang lurus, tapi mereka lebih memilih kesesatan daripada petunjuk.

6- Bahwa jalan Allah itu lurus, tidak ada kebengkokan di dalamnya. Ketika Allah SWT menyifati bahwa jalan-Nya lurus, itu menandakan bahwa jalan tersebut luas dan tidak terkhususkan untuk seseorang, melainkan setiap orang dapat masuk ke dalamnya. Ini juga menandakan bahawa jalan tersebut tidak terdapat kebengkokan di dalamnya, tapi justru terus bersambung hingga mencapai akhirat.

(Dinukil dari buku Ahkam min al-Qur`an al-Karim, karya Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin)

Thursday, December 30, 2010

TERTAWA DI DUNIA MENANGIS DI AKHIRAT

Dalam satu hadith, Nabi saw bersabda 'Banyak tertawa dan tergelak-gelak itu
mematikan hati'.

Banyak tertawa menjadikan hati semakin malap dan tidak berseri. Lampu hati
tidak bersinar dan akhirnya terus tidak menyala. Hati tidak berfungsi lagi.

Nabi Muhammad melarang ummatnya dari gelak-ketawa yang melampuai batas.
Menurut hadith, banyak ketawa menghilangkan akal dan ilmu. Barangsiapa
ketawa tergelak-gelak, akan hilang satu pintu daripada pintu ilmu.

Kenapa dilarang ketawa berdekah-dekah? Dalam keadaan suka yang keterlaluan,
hati kita lalai dan lupa suasana akhirat dan alam barzakh yang bakal kita
tempuhi kelak. Sedangkan dahsyatnya alam tersebut tidak dapat dinukilkan
dalam sebarang bentuk media. Kita sedang menuju ke satu destinasi yang belum
tentu menjanjikan kebahagiaan abadi. Sepatutnya kita berfikir bagaimana
kedudukan kita di sana nanti, sama ada berbahagia atau menderita. Berbahagia
di dunia bersifat sementara tetapi di akhirat berpanjangan tanpa had.
Penderitaan di dunia hanya seketika tetapi di akhirat azab yang berterusan
dan berkekalan. Merenung dan memikirkan keadaan ini cukup untuk kita
menghisab diri serta menyedarkan diri kita tentang bahaya yang akan
ditempuh.

"Tertawa-tawa di masjid menggelapkan suasana kubur". Demikian ditegaskan
oleh Nabi saw. Kita sedia maklum, kubur ialah rumah yang bakal kita duduki
dalam tempoh yang panjang. Kita keseorangan dan kesunyian tanpa teman dan
keluarga. Kubur adalah satu pintu ke syurga atau neraka. Betapa dalam
kegelapan di sana, kita digelapkan lagi dengan sikap kita yang suka
terbahak-bahak di dunia.

Ketawa yang melampaui batas menjadikan kita kurang berilmu. Apabila kurang
ilmu, akal turun menjadi kurang. Kepekaan terhadap akhirat juga menurun.
Nabi saw pernah bersabda: "Barangsiapa tertawa-tawa nescaya melaknat akan
dia oleh Allah (Al-Jabbar). Mereka yang banyak tertawa di dunia nescaya
banyak menangis di akhirat."

Saidina Ali sentiasa mengeluh '....jauhnya perjalanan ... sedikitnya bekalan
....' Walaupun hebat zuhud dan ibadat beliau, namun merasakan masih kurang
lagi amalannya. Betapa kita yang kerdil dan malas beribadat ini sanggup
bergembira 24 jam.

Dalam hadith lain, Nabi saw bersabda "Barangsiapa banyak tertawa-tawa,
nescaya meringankan oleh api neraka." Maksudnya mudah dimasukkan ke dalam
neraka.

Kita tidak pula dilarang menunjukkan perasaan suka terhadap sesuatu. Cuma
yang dilarang ialah berterusan gembira dengan ketawa yang berlebihan.
Sebaik-baik cara bergembira ialah seperti yang dicontohkan oleh Nabi saw.
Baginda tidak terbahak-bahak tetapi hanya tersenyum menampakkan gigi tanpa
bersuara kuat.

Para sahabat pernah berkata "Ketawa segala nabi ialah tersenyum, tetapi
ketawa syaitan itu tergelak-gelak."